MOVE ON!

Move on!

Bergerak, bangkit, berjalan, lanjutkan ...

Ketika seorang teman bertanya, "Apa yang membuat mba Metta belum bisa move on hingga saat ini?"

Ketika pertanyaan teman saya itu muncul, saat itu saya belum bisa menjawab, dan pastinya bingung dengan pertanyaannya, "harusnya kan dia bertanya sebaliknya???", gumam saya dalam hati ๐Ÿ˜ "Harusnya kan dia bisa melihat tarikan sudut bibir yang selalu terlihat di wajah kami?๐Ÿ˜Š Kenapa pertanyaannya begitu?" Begitulah pertanyaan - pertanyaan dalam kepala saya.

Tapi kembali, pertanyaan teman di awal semakin hari semakin masuk dalam permenungan saya.
Apakah senyuman kami sudah setulus yang keluar dari sanubari?
Apakah tawa kami sudah seria malaikat kami di Surga?
Sudahkah kami benar - benar jujur berterima kasih kepadaNya?
Atau jangan-jangan pelayanan kami hanya untuk membunuh rasa?

Jadi ingat pertama kali ketika kami harus menghantar anak kami kembali ke Surga, menata hati kami. Tanpa sengaja saya menemukan sebuah tautan tentang tips move on dari kehilangan buah hati.

Salah satu tips disebutkan adalah dengan menulis. Menulis di manapun, di medsos ataupun di buku harian. Sejak saat itu saya mulai banyak menulis di medsos. Momen bercerita dengan ๐Ÿ‘ผ anak wedok ๐Ÿ‘ผ. Kalo sebelumnya cuma posting foto dengan irit caption, sekarang caption lumayan panjang, seperti menulis surat cinta ... yang berharap sampai terbaca ke Surga ๐Ÿ˜‡๐ŸŒป๐Ÿ‘ผ๐Ÿ’. Tapi benar, setelah menulis ... ada kelegaan yang tidak bisa dilukiskan๐Ÿ’.

Ya, memang harus move on, hidup harus berjalan lagi, perjalanan belum berakhir.

Luar Biasa ya! Kalau Yang Punya Hidup punya rencana, kamu bisa apa?๐Ÿค”

Ya kami harus mencari jawaban, "maksudnya apa Tuhan?" Kami percaya pasti ada maksudnya. Pelan - pelan ... dan yang pasti kami tidak dibiarkan sendirian.

Move on itu, ...
adalah kelegaan, ketika suatu sore, setelah 2 bulan melahirkan, saya baru punya keberanian kembali untuk menemui mba Yaku** (mba penjual Yaku** yang menjual produknya door to door), yang setiap seminggu sekali datang ke rumah untuk mengantar pesanan minuman probiotik, yang selama hamil, saya tidak pernah absen untuk mengkonsumsinya. Dan ini lah saatnya, yang membuat hati saya berdegup, akhirnya saya mampu menjawab pertanyaan mba Yaku** yang sudah dapat saya prediksi sebelumnya. "Wah ibuk apa kabar? Adek baru ngapain buk? Sedang bobo ya jam segini?". Ketika saya mampu menjawabnya tanpa rasa tercekat di leher, dan mba Yaku** yang meminta maaf sembari berlinang air mata, melanjutkan kata-katanya dengan iringan doa buat kami, itu wow rasanya! Maturnuwun Gusti, saya bisa.

Ketika yang awalnya mendengar suara piring dipukul, "ting ... ting ... ting!", tandanya abang burjo lewat, buru-buru saya langsung ke belakang rumah, mendengar saja saya tidak sanggup, apalagi lihat abang burjo dan gerobaknya. Sekali lagi Tuhan menyembuhkan lewat waktu. Maturnuwun Gusti, walaupun sekarang belum beli burjo lagi, dentingan suara piring dan gerobak abang burjo bukan momok lagi. Laris manis ya bang burjo! ๐Ÿ˜‡

Dan terakhir adalah kejadian tadi siang.
Setelah 7 bulan berlalu ....
Ketika seorang sahabat mengajak menengok seorang teman yang sedang terbaring sakit di sebuah rumah sakit, rumah sakit yang penuh kenangan bagi kami. "Mba Metta ngga papa kan?" Saya jawab, "Ngga papa kok, tenang aja mba๐Ÿ˜Š." Mungkin jawaban saya bakal beda kalo ditanya bulan-bulan sebelumnya. Kalau sebelumnya lewat depan rumah sakit saja saya tidak sanggup memandangnya dan selalu memalingkan muka, sekarang saya harus masuk ke dalam rumah sakit dan otomatis segala peristiwa 7 bulan lalu terlintas di depan mata. Tetapi kemudian saya memilih, hanya mau kenangan indah dan sukacita kami waktu itu yang melintas di pikiran saya. Jauh-jauh lah semua yang mematahkan asa. Akhirnya hari itu kami tertawa berbagi cerita, bisa memberi penghiburan bagi teman yang sakit, memberi semangat satu dengan yang lain. Maturnuwun Gusti mpun dikancani๐Ÿ˜‡๐Ÿ’.

Kami sanggup melewati, kami sanggup berjalan kembali, tapi kami tak memungkiri ... hati kami tak utuh lagi, setengah hati kami menanti di Surga, rasa rindu yang kami bawa sampai ke ujung dunia. Ijinkan kami Tuhan, untuk bertemu kembali suatu saat nanti, di Surgamu.

Kami berjanji kepadamu, Nak.
Kami akan bersukacita seperti kamu yang telah lebih bersukacita.
Senyum kami disini, seperti senyummu di Surga.
Kelegaan kami, seperti tawa riamu di Sana.
Mama mau anakku menjadi malaikat pembawa cinta yang setia kepada Tuhan, doakan mama papa pun menjadi pribadi yang dikehendakiNya.

Maafkan mama yang masih suka menangis rindu.

Mama Love You, anakku, matahariku malaikatku, Helena Richie Adhinata. Baik-baik di Sana ya. ๐ŸŒป๐Ÿ‘ผ๐Ÿ˜‡๐Ÿ’๐Ÿ˜˜

Note:
Makasih tante yang sudah memberi pertanyaan๐Ÿ’๐Ÿ˜˜, pertanyaannya bisa menjadi cermin buat kami. Move on butuh waktu, Tuhan akan menyembuhkan sepenuhnya. Doakan kami. Gbu๐ŸŒป๐Ÿ˜‡

Comments

Popular Posts